Powered By Blogger

Jumat, 03 Desember 2010

Ketidak Jelasan


“Rinduku hendak menampakkan wujudmu lewat wujudku. Diruwat shalawat, dan sepasang malaikat: kau mengejawantahkan doa dalam rupa cinta, Semoga kita tidak bertemu demi sampaikan rindu, melainkan demi membunuh perpisahan-mendatang, sayang."

"Pagi merubuh. Tubuh berpeluh hujan subuh. Pada dedahan rapuh, aku simpuh.
Hawa pagi ini cacat sebagai hari. Ini bukan soal janji yang tak kau tepati, atau penantian yang basi. Ini soal rindu yang anomali."

"Bahkan ketika semuanya mulai padam, dan menyisakan pekat yang teramat sangat. Biarkan cahayaku selalu menerangimu, Rindu.
Aku berjanji tak akan lagi merindukanmu, nanti. Saat nyawa tak ada lagi di tubuhku, mati."

"pekat melekat bak jelaga yg mnghitam....tebal.....dan.
....berkerak
kikis perlahan ku coba lakukan
perlahaan.....,pelan.....penuh kasih dan sayng......
tahan rindu agar tak mnjadi kelabu......walau saat ini aku blm mampu..... tuk wujudkan impia..."

"Darah perasaanku tumpah di tanah kepedihan. Meresap ke akar hidup kerinduan. Tidak menumbangkanmu.
Sementara wujudku berlalu. Angin membekukanku. Memudarkan warna senyumku."

"darah yg kau tumpahkan.....darah kerinduan
biar.....biarkan.....semua trtumpah
tumpahkan.....tumpahkanlah.......aku brsumpah.......demi darah yang kau tumpahkan.......akan ku basuh
seluruh jiwa ragaku.....untuk persambahan.....sebuah keabadian."

"Bulan memata-matai langkahku. Para bintang yang terhalang awan, mereka mengintip-intip menjadi saksi. Kini seisi langit tahu, aku berjalan sendiri, menahan sembilu menyayat hati, menanti sesuatu yg tak pasti"

"ya........aku tau.........sungguh aku malu.........isi langit itu menampakan bayangan tentang kerinduan dalam hangat canda dan tawa yg nyata.....dimana semua tertera dalam gelora rasa,langit,matahari,bulan
,bintang seolah mmberi tanya......tanya yg blm trjwb......."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar