Powered By Blogger

Minggu, 26 Desember 2010

Catatan Malam Minggu

Di sini aku sendiri mempertahankan apa yg kurasakan, di sana mungkin kini kau benar" mempertahankan sebuah hubungan.Apa yang kurasakan tak lagi kau ingin tau, kini kau jaga sebaik usahamu perasaan ia yang bersamamu.
Lalu mengapa, haruskah karena itu aku berhenti mencintaimu?! setauku semua itu tak bisa membuatku mati.Tidak, kekasih. Aku bukan seorang yang putus asa, karena bila itu yang terjadi, sudah lama aku berhenti mencintai.

Selasa, 21 Desember 2010

Untuk Sahabatku



Sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam

Senjaku



Itulah dikau
Ketika suara tegasmu menggema
Dan sinarmu memancarkan keseluruh dunia
Membuat kekhawatiran makhluk-makhluk
Putih yang pucat menyusun strategi
Untuk menghilangkanmu dari tanah bali ini
Namun kau lantangkan lagi suara tegasmu
Ketika kau berada di timur perlahan namun pasti
Kau terus menyinari dan mengobarkan semangat
Menciptakan tekad api yang membara di hati
Dan kau pun menghembuskan angin kesejukan
Kala kami terpanggang di atas tanah yang kering dan tandus
Dan kau menyelimuti kami dengan kehangatanmu 
Ketika kaki-kaki kecil yang diterpa kedinginan
Saat kerja rodi di pesisir pantai
Kau juga meneteskan air kesejukan
Ketika tubuh-tubuh yag berucucuran penuh keluh
Saat menjadi romusa di kebun buah jarak yang keras
Kau marah, menangis dan berjuang
Dengan tangan-tangan kecil yang membawa
Bambu runcing dengan semangat di dada
Hingga kau meneteskan merah darahmu
Dan mengalir di kain putih yang suci
Saat-saat terakhir kau pun berkata “ Merdeka!!"
Hingga kau menutup mata dalam senyum kepuasan
Dan kau pun tertidur dalam lelapnya masa
Lalu langit menangis, bumi dan semesta alam mengenangmu
Langit mengibarkan kain yang kau tumpahkan dengan Darahmu
Dan angin berperan untuk mengibarkannya
Kini matahariku telah terbenam dalam kedamaian
Juga menunggu matahari yang lain dan mengahangatkan
Juga menebarkan percikan tekad-tekad api kepada kami

Oh "Bali Ku " ku malang


Sebab percaya akan keampuhan industri
dan yakin bisa memupuk modal nasional
dari kesenian dan keindahan alam,
maka Bali menjadi obyek pariwisata.

Betapapun :
tanpa basa-basi keyakinan seperti itu,
Bali harus dibuka untuk pariwisata.
Sebab :
pesawat-pesawat terbang jet sudah dibikin,
dan maskapai penerbangan harus berjalan.
Harus ada orang-orang untuk diangkut.
Harus diciptakan tempat tujuan untuk dijual.
Dan waktu senggang manusia,
serta masa berlibur untuk keluarga,
harus bisa direbut oleh maskapai
untuk diindustrikan.

Dan Bali,
dengan segenap kesenian,
kebudayaan, dan alamnya,
harus bisa diringkaskan,
untuk dibungkus dalam kertas kado,
dan disuguhkan pada pelancong.
Pesawat terbang jet di tepi rimba Brazilia,
di muka perkemahan kaum Badui,
di sisi mana pun yang tak terduga,
lebih mendadak dari mimpi,
merupakan kejutan kebudayaan.
Inilah satu kekuasaan baru.
Begitu cepat hingga kita terkesiap.
Begitu lihai sehingga kita terkesima.
Dan sementara kita bengong,
pesawat terbang jet yang muncul dari mimipi,
membawa bentuk kekuatan modalnya :
lapangan terbang. “hotel – bistik – dan – coca cola”,
jalan raya, dan para pelancong.
“Oh, look, honey – dear !
Lihat orang-orang pribumi itu!
Mereka memanjat pohon kelapa seperti kera.
Fantastic ! Kita harus memotretnya !
…………………………..

Awas ! Jangan dijabat tangannya !
senyum saja and say hello.
You see, tangannya kotor
Siapa tahu ada telor cacing di situ.
…………………….
My God, alangkah murninya mereka.
Ia tidak menutupi teteknya !
Look, John, ini benar-benar tetek.
Lihat yang ini ! O, sempurna !
Mereka bebas dan spontan.
Aku ingin seperti mereka…..
Eh, maksudku…..

Okey ! Okey !….Ini hanya pengandaian saja.
Aku tahu kamu melarang aku tanpa beha.
Look, now, John, jangan cemberut !
Berdirilah di sampingnya,
aku potret di sini.
Ah ! Fabolous !”
Dan Bank Dunia
selalu tertarik membantu negara miskin
untuk membuat proyek raksasa.
Artinya : yang 90 % dari bahannya harus diimpor.
Dan kemajuan kita
adalah kemajuan budak
atau kemajuan penyalur dan pemakai.
Maka di Bali
hotel-hotel pribumi bangkrut
digencet oleh packaged tour.
Kebudayaan rakyat ternoda
digencet standar dagang internasional.
Tari-tarian bukan lagi satu mantra,
tetapi hanya sekedar tontonan hiburan.
Pahatan dan ukiran bukan lagi ungkapan jiwa,
tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.
Hidup dikuasai kehendak manusia,
tanpa menyimak jalannya alam.
Kekuasaan kemauan manusia,
yang dilembagakan dengan kuat,
tidak mengacuhkan naluri ginjal,
hati, empedu, sungai, dan hutan.
Di Bali :

pantai, gunung, tempat tidur dan pura,
telah dicemarkan


Tuhan, 
Kemarin aku sudah mulai tersenyum 
Dadaku yang penuh 
Secara perlahan sudah kukeluarkan, kulepaskan 
dengan bersiul 
dengan batuk 
dengan berteriak 
atau kukeluarkan melalui kentut 

Aku lihat, 
Beberapa hari yang lalu 
Belaian kasih dan sayang-Mu menebar 
Ke setiap dusun 
Ke rumah-rumah kumuh 
dan kurasakan lewat tenggorokanku 

Dan kemarin, 
Kutangkap cahaya-Mu dengan tangan kecilku 
Kupeluk erat rahman dan rahim-Mu 
Lalu kutebarkan kepada siapa saja 
Yang sedang menangis 
Yang sedang lapar 
Yang sedang haus 
Atau yang sedang dalam ketertindasan 

Tuhan, 
Laporanku ini sudah pasti tak berkenan untuk-Mu 
Sebab saat aku lahir, 
Aku sudah berjanji untuk memelihara bumi yang Kau titipkan padaku 

Tapi, 
Maafkan aku Tuhan 
Sekali lagi maafkan aku, 
Karena manusia sebangsaku 
Telah melumuri bumi-Mu 
dengan darah dan air mata 

Maka, 
Dari laporanku ini, 
Akan kukatakan 
kepada langit 
kepada bumi 
dan kepada laut 
Kalau memang kedamaian bumi ini 
harus membutuhkan kematianku 
membutuhkan darah terakhirku 
Maka hari ini, 
Ambillah 
ambillah aku sekarang juga 
Dan jangan lagi 
kalian nodai bumi ini 
dengan duka 
dengan tangisan 
dan dengan darah.

Bangau Kertas



Tanganku gemetar
membentuk garis pada kertas
melipat tangis
jadi sayap yang cemas

dukaku terbang
dukaku terbang

senyap. tanganku pucat
meraba cahaya bulan sabit
di jendela kamar rumah sakit
bangau-bangau kertas mengurung
ruang remang
kau terlentang
jadi pecundang

waktu sinis
di dinding bangsal
dentang lonceng
dan kelam
memburuku
seperti mimpi buruk

kau mengerang
ruang penuh bayang masa kanak
terkenang saat mengejar layang-layang
yang putus tali
tapi kini nyawamu tergantung
pada seutas slang infus

kulipat lagi kertas
kugurat lagi getir. kulipat lagi tangis
seribu bangau kertas mengusir si laknat
waktu yang khianat

namun hanya bangau-bangau kertas
menari riang di udara beraroma formalin
menggurat bayang pada dinding

kau terbang. kau terbang
menyisakan jejak duka
pada remang ruang

Kampungku



Kerinduanku
Terbayang keindahan
Begitu mempesona
Alam yang bersahabat
Sungai-sungai tempat makluk tuhan
Bersembunyi dan berproduksi
Sehingga manusia hanya panen dengan tangan
Bukit indah penuh batu-batu
Batu bagaikan kursi besar sambil melihat
Kesudut-sudut yang jauh menghijau
Sawah-sawah yang terhampar,
Dan gubuk-gubuk kecil terlihat dari kejauhan
Tempat berteduh para petani
Tapi keindahan ini punah
Bambu-bambu yang terberjejr di pinggi sungai
Telah menjadi tepi-tepi yang rapuh
Mudah terkelupas
Lubuk-lubuk menjadi lantai
Penghuninya sangat sulit mencari tempat istirahat
Berproduksi dan lain-lainnya

Pesisir Jimbaran




Di tanah cuaca tanah tropika
kita terlahir
menuntun perjalanan sebuah sejarah

ayu, terlalu banyak saudara kita
yang jadi berjiwa budak
terlalu banyak
tak henti angin asing datang gemuruh
menggusur tanahmu, rawa bakaumu,
bukit kapurmu, pasir putihmu

mereka renggut
purnama yang terbit
dari indah mata bersitatap
redup saat laut surut:
di rawa-rawa, di bakau-bakau
di karang-karang, di pasir-pasir
hotel-hotel menjalar bagai parasit

terlalu banyak
yang tak bisa hidup sahaja

di pesisir ini, ayu, kita rindu nelayan berlagu
pulang dari laut jauh
kita kenang penyu bertelur saat bulan penuh
kita kangen manggang ikan di bawah gemintang
bercengkerama dengan angin garam
di malam langit jimbaran

kita hanya bisa kangen
tak mampu berbuat apa

namun ada kupunya mimpi
menjaga tanah bali
dalam rangkuman kasih puisi


Selamat Hari Ibu, Spesial untuk ibuku

Ibu berjalan mendaki tangga, nafasnya terdengar lelah, namun ia tetap tersenyum.
Untuk membaca tulisanku, ibuku harus mengenakan kaca matanya. Untuk mendoakanku, ia memakai air matanya.
Sedari aku bayi sampai dewasa, sedari aku menangis minta di peluk, sampai ku jarang memeluknya lagi, rasa sayang ibu adalah tetap
Andai waktu dpt ku ulang aku ingin seperti saat itu menangis tertawa mengadu di pangkuanmu. Dgn kasih sayang kau usap peluhku dgn kelembutan kau bimbing aku. Anakmu sekarang berlari mengejar waktu menggapai asa yg tak menentu. Kapan sang waktu mengantarku bersimpuh d hadapmu tuk sampaikan sungkem bektiku ibu makasih atas segala yg kau beri pdku ibu.
Ada sebuah kerinduan, ada sebuah ingin membahagiakan walau dalam diam. Cintamu berikanku kekuatan, ibu, sujudku dalam doamu. Saat aku luka kau obati dengan cinta, hingga gores menganga berubah menjadi tawa. Satu yg kau ingin adalah aku bahagia, aku ingin sepertimu,tak prnah mengenal waktu utk menenangkan hatiku,maka begitupun kini aku,tak ada batas waktu utk menyenangkan hatimu, Terenyuh aku, guratan keriput menggores ayu parasmu, tak ku izinkan renta mendekapmu, selimut kasih untukmu ibuku , ibu adakah aku pernah menyakitimu? mungkin selalu, tapi bibirmu tak pernah ucapkan itu, begitu kau ingin bahagiakan aku, maaf jika aku belum jadi sempurna, aku sedang berusaha, beri aku doa dan akan ku berikan bahagia, untukmu, tak mungkin bisa kubalas, karena cintamu tak pernah berbatas,ibuku selamat hari ibu.

Minggu, 19 Desember 2010

Sekedar Ingin

Kuinginkan: kita berlarian mencetak tapak-tapak mungil, di sela-sela kerikil yang terseret tumpahan airmata. Melupakan kenangan membutuhkan berbilah-bilah belati. Meski telah mati, jantung kenangan tetap berdegup, darah tetap mengalir memberi hidup.

Butir Kepedihan

Aku tak lebih butir abu yang berakhir di perapian, kala rindu datang menebar kepedihan. Kurasakan kerinduan yang melebihi sayatan. Biarlah  aku berjalan di tengah hujan, karena dengan begini kau tidak dapat melihat bulir air mata yang kujatuhkan.

Jumat, 17 Desember 2010

Tanyaku

Maaf kan aku, untuk setiap air mata yang tumpah tak tergenggam dari sela- sela jemariku. Aku hanyalah  masa lalu yang melabirin, engkau masa depan yang ingin kujelang, adakah kita bertemu di suatu masa nanti. Di teduh pohon kupu- kupu bersahutan. Ditaman, bunga- bunga bermekaran menebar aromanya. Dimana benang sari yang tersisa ? Kau selalu tampik tatapku dari parasmu. senandung rindu, rintihan pilu, syair syahdu. Tetap saja kau  membatu menepis semua tanyaku.

Kamis, 16 Desember 2010

Selimut Malam

Kamu. segala tentang keindahan semu. kapankah jadi nyata? siapakah yang akan menyelimuti dingin malamku bila bukan kamu?
Resah dan rindu melebur dalam jarak. Kadang menaklukkannya dengan riang, sesekali membuang genangan rindu yang mengambang.
Hanya kesabaran dan rasa cinta yang akan membimbingku hingga saatnya aku dapat didekap oleh cintamu yang hanya untuku.

Egomu

Kumohon menolehlah. Tidakkah Kau lihat aku menuliskan puisi ini untukmu? Engkau, sebuah nama dalam gerutuku. Yang selalu ku tunggu, Sungguh hardimu terasa merdu karena engkau menjadikanku Ada di hidupmu apakah inikah hari terakhir hidupku, kau tetap tak melihat padaku?

Detik Kedua

Tak ada yang lebih tabah dari hujan, dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.
Aku ingin kaujaga sebaik sebuah rahasia, dan kauhayati sedalam sebuah puisi yang kusengatkan dan ku sangatkan itu telah menjelma api, membakar aku hingga mengabu dan terhirup di sesak dadamu dan akan terlarut hujan jatuh dari langit sebagai jala, yang selalu menangkap aku dan sedih kenangan.

Detik

Di detik ini dikejauhan dimensi diri ruh ku dpertanya, beribu wajah berseloroh pedih lalu meninggalkan ku sendiri, yg tertinggal hanya bayang dr pigura rindu yg menertawai dlm bahak waktu, hingga detik ini tak kufahami dari mengerti

Getir


Ada luka yang sembuh, ada sepi yang pergi, ketika tanganmu membalut darah antara angan menjadi kenangan.
Dimanapun kau berada, ku harap bahagia menyertaimu.
Getirku hilang jika kau bahagia, hanya itu yang bisa ku beri.

Sabtu, 11 Desember 2010

Kematian


Kamu : terbelit belukar waktu. 
Aku : mengeja kata setia untuk menunggu.
Kita dan Kematian. Selalu berpunggungan sampai suatu saat ia menampakkan wajahnya.

Aku mencium wewangian menyesak dbelukar waktumu, dbelantara rasa tak kutemui arah, sekejam bayang hadir lalu hilang, aku masih dsitu memandangi ruh mu lalu pergi, kemana lagi... Hanya jejakmu dbekas bumi

Puing-puing jiwaku membalut luka. Membawa bunga, ziarahi kenangan. Lalu diatasnya bersulang rindu. Untukmu yang datang dengan cinta demi hapuskan semua kesakitan.

Jumat, 10 Desember 2010

AADA,,Ada Apa Dengan Aku?

Jika saya nanti pergi untuk selamanya dan hanya meninggalkan berkas kenang untuk diri kamu. seberapa lama akan mengendap hingga kamu lupa?

Kangen Ibu


Hal yang membuatku takjub adalah ketika melihat Ibuku tertawa disaat ia tidak 
mampu tertawa. 
Ibu, rasa harap slalu engkau disini, menemani menggapai gemilang menggenggam 
cemerlang yang gemintang.
Berlariku dengan rasa pilu, beranjak mendekat kepangkuan, berharap lepas oleh belaian tanganmu agar hilang tangis hatiku :"(
Ibu, dalam seketika perihku hilang, damai hadir dan membentengiku dan sukacita kembali berseri :-)

Cerita Hujan

* Dihujan air mata berbata ujar gemetar, melengking nyaring dlm jerit nestapa, bau anyir darah amis meringis, putih mata dari dosa yg menganga


* Hujan bercerita lagi. Tentang kekasih. Tentang masa lalu. Tentang masa depan. Tentang puisi. Tentang diri yang tersakiti
Setangkai gerimis, segenggam aksara, dan selembar cinta. Semoga ku bisa hadirkan senyummu sebagai penutupnya



Rinai berimbas resah yg memelas, bukan pelangi jiwa indah warna tak mempesona, terimakasih rasa yg kau lempar dbalik senyum tanpa kata


Kepalaku yang keras, kau hantam dengan senyuman. Aku tak bisa berbuat banyak, selain membalas dengan pelukan.

Antara Kau dan Aku

Kekasih yang tercinta hati ini berbunga, telah kau temani sendiriku tinggalkan kesepianku,
Kau seperti matahari terangi langit dan bumi, sembuhkan hati yang terluka seperti luka hatiku,
Kau hadir membawa cintamu, tuk kau berikan sepenuhnya padaku,
Kau telah menyentuh hatiku, tak kan ku lepas dirimu untukku


Telah kubuang sauh dihatimu, mudah-mudahan tak ada cinta lain yang tertambat disana selain aku.
Cinta, kuberi nama ia hujan. Untuk titik-titiknya yang datang menghunjam, merajam, dan menajam. Menyentuh dengan melingkupi, menyeluruh


Seandainya ada kamu, mungkinm rasanya menunggu akan berbeda..Ada getar yang menghanyut di debar jantungku, sebelum menjatuh seperti air yang terjun ke segala rindu.

Sendiri

Dengarlah hati yang senantiasa bersinar,
Adakah sedikit keraguan ketika lelah menyiksa
Aku ingin diam tanpa seorangpun yang tahu
Aku yang ingin diam tanpa suara, tanpa nada,
hanya sepi, 
Aku yang ingin diam tanpa kamu, tanpa hadirmu, sendiri.

Senin, 06 Desember 2010

Lupakan Palermo

"" Mencintai dia adalah hal yg paling mudah yg pernah aku lakukakn seumur hidup,
Bersama membuat waktu terhenti seketika,
Hanya ada aku, dia & cinta..

Dia adalah kekasih & dia juga sahabat bagiku..
Tak ada penjelasan pasrti bagaimana dia bisa menyelinap masuk, tinggal disana.. Tempat paling spesial dihatiku....

Jadi kuharap kau mengerti  kenapa berpisah darimu adalah hal tersulit yg pernah aku lakukan,
Merindukanmu membuat waktu berjalan sangat lamban sekali..
Banyak yg ingin aku katakan, SMS pun tak akan cukup membendungnya,
& waktu lebih kejam daripada sugaanku semula...

Jarak & keinginan bertemu disihirnya jadi rindu, 
Rindu disihirnya jadi ragu..

Aku bukanlah laki2 kuat,..
Disuatu masa, diantara hari2 tanpa dirinya,
aku melakukan sesuatu yg kusesali seumur hidup..................


aku menyakiti hatinya yg menyayangiku... ""

#take from, "Lupakan Palermo"

Ihklas mencintai .. Tanpa mengharap dibalas lagi

# Cinta itu indah ya.. Kalo iklash.. kubaca wall FB temen kerjaku. Dia sudah meninggal. Tapi istrinya masih suka kirim wall untuk suaminya.


Mata ku berair. Kata2 nya enggak begitu indah.. Polos dan jujur tetapi. Enggak di buat2.. Isinya kerinduan. Rindu tak tertahan sang istri.


"Saat ini aku bener2 butuh kamu.. Sangat butuh kamu dear" . Isi wall yg terkirim malam2 dari sang istri di wallpage suaminya.


Terbayang? Berbicara rindu pada manusia yg kamu butuhkan hadirnya, akan tetapi hanya ruh yg bisa kamu rasa. Angin saja.


"Aku mau ke balikpapan. Doakan aku ya.." Sang istri masih memberi laporan pada suaminya. Hanya di wall fb saja. Berharap suaminya membaca.


Kesetiaan seorang istri. Dia tahu, takan ada balasan di wall nya. mungkin, hanya ingin menyampaikan rindu yang menyakiti..


Wall terakhir dari sang istri yg saya baca agak cukup perih.. Ketidakpercayaan bahwa sudah menjadi jasad, suami yang dia tunggu.


"Aku masih percaya kmu hanya dinas luar dan akan kembali u/ aku dan zahra. Entah kutunggu 1 hari, 40 hari, 100 hari.. "


Zahra itu anak pertama mereka. Bahkan belum sekolah dasar. Sang istri akan bilang apa ketika ia tumbuh besar dan bertanya ttg ayahnya?


Gw mencoba menebak, mungkin akan "papah lagi pergi, nanti temui dede kalo udah besar. Pesen papah, dede sekolah baik2 dan jaga mamah"


Mungkin dengan tangis, sebuah pelukan.. Atau bisa jadi mengatakannya dengan tersenyum. Agar aktingnya didepan zahra kecil smpurna.


sungguh, saat membacanya air mata saya hampir tumpah.. Istri yg ditinggal pergi selamanya. Oh iya, Beliau meninggal akibat demam berdarah.


Temen-temen.. Sang istri begitu iklash memberi cintanya pada suaminya yg telah meninggal. Iklash,, tanpa mengharap dibalas..


Coba kita berkaca, sudahkah kita mencintai orang yg ada di sekitar kita dengan iklas? Orang tua, keluarga, kekasih, sudahkah?


Atau kalian menunggu mereka tidak ada dulu? Meninggal dunia? Agar kalian merasa rindu yang siksa itu.. Rindu yg takan kalian rasa balasnya..


Maka cintai lah orang yg beri kamu cinta dengan iklas. Dengan sungguh2 . Sebelum mereka meninggalkan kamu selamanya.

Minggu, 05 Desember 2010

Yang selalu abadi

Mungkin aku memang lemah Mungkin aku tak pernah punyai lelah Saat ku terdiam menangisi pergimu Terus ku terpaku oleh harapan semu
Sepertinya… t’lah cukup banyak kutulis T’lah cukup dalam hati ini kuiris Agar bisa kucoba lagi cinta dari mula Dengan ia yang mampu merasakannya
Namun cinta untukmu terus bertahan Di sekeping sisa hati ini pun cinta untukmu kurasakan Kerinduan hadirmu tak pernah bisa hilang Oh Tuhan… bagaimana semua ini harus kuartikan ?

Kerinduan

kutemukan cinta..diantara banyaknya bintang..Yang ada di angkasa cinta..namun dia jauh disana..
cinta kita menjadi satu..Namun engkau jauh..Dari pandanganku..Ku hanya terdiam termenung..
kurasakan nafasmu..Kurasakan getar jantungmu..Kurasakan manjamu..Menjadi sebuah rindu bagiku..
Saat aku duduk..memandang bintang di angkasa..Entah kenapa air mata..Jatuh membasahi wajah..
Rindu yang menyesakan dada..Terlalu dalam di jiwa..aku tak tahu mengapa..Bisa terlalu cinta..
Kasih kau begitu jauh dimata..tapi kau bagaikan nyawa..Dalam hati terdalam..Dan tak tergantikan..


Elegi Kesepian Abadi

“ELEGI SEPI”

Wahai perindu dikelam malam,
Bangunkan jiwaku ditengah hamparan kesenandungan,
Hadirkan bersama angin yang desirannya menembus ruang rindu dihatiku,
Rebahkan ragaku dalam cengkeraman malam,
Bisikan dinding telinga ku oleh syair-syair cintamu,
Wahai perindu ditengah gulita,
Ragaku dihempas kesendirian,
gelisahku dicumbui rembulan,

Malam akan tetap kelam berselimut dingin menguap bersama embun dini,
Malam akan tetap kelam bersanding sunyi mengungkap misteri nurani,
Wahai perindu malamku,
Rengkuh jiwaku yang hampir terberai oleh luka,
Terbangkan sakitku biarkan melebur bersama debu,
Bersihkan jiwaku kala pusara cinta kian membeku, 

Galau Selalu Ada

Lantas hujan pagi ku, serupa batu beku berjatuhan meremukan wujudku.Jangan pernah berhenti memberikan senyummu untukku, hingga nanti, saat tanah merah pekuburan membenamkan jasadku. Wujudku adalah deritaku: merindumu.
Ku ingin mencipta sunyi, bertafakur tentang arti diri..


Duhai syahdu dalam hidupku, pemicu nadi bertalu-talu, nadaiku dengan suara, kalimat sayang yang paling dalam!

Aku mencari wajahmu di lorong penyesalanku, membungkukkan hatiku di hadap air matamu.


Jengah.....

Resah pd wajah yg menatap,
berujar lirih dari tembang keheningan,
maknaku tak terucap saat lantun membuka kisah,
menjamu keriangan dari secawan nestapa,
aku didetik ini....
Menemani direngkuh masa.


Pernah aku mnjauh blari darimu,

muram sunyi sperti mati rasa,
& tak bisa lepas bayangmu ikuti rasaku,
kmana aku pergi beku..
Disentuhmu.....dirinduku nyalakan api sepi, & tak bisa lepas bayangmu, racuni stiap tdr ku & thempas aku GOYAH...


Selamat Hari Raya Galungan & Kuningan

Om Swastiastu

Harumnya Asap Dupa…..Wanginya bunga serta Indahnya lantunan Mantra yang dikumandangkan….. membawa keheningan dan kedamaian dalam pikiran dan hati untuk mendekatkan diri pada NYA. Marep ring semeton Bali (Hindu) sami sane magenah ring Indone…sia yadiapin di Luar negeri…….

Rahajeng nyanggra rahina Galungan lan Kuningan mewali.
Dumogi Ida Sanghyang Widhi Wasa setata ngicen kerahayuan medasar antuk Tri
Kaya Parisudha….

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om….

Jumat, 03 Desember 2010

Ketidak Jelasan


“Rinduku hendak menampakkan wujudmu lewat wujudku. Diruwat shalawat, dan sepasang malaikat: kau mengejawantahkan doa dalam rupa cinta, Semoga kita tidak bertemu demi sampaikan rindu, melainkan demi membunuh perpisahan-mendatang, sayang."

"Pagi merubuh. Tubuh berpeluh hujan subuh. Pada dedahan rapuh, aku simpuh.
Hawa pagi ini cacat sebagai hari. Ini bukan soal janji yang tak kau tepati, atau penantian yang basi. Ini soal rindu yang anomali."

"Bahkan ketika semuanya mulai padam, dan menyisakan pekat yang teramat sangat. Biarkan cahayaku selalu menerangimu, Rindu.
Aku berjanji tak akan lagi merindukanmu, nanti. Saat nyawa tak ada lagi di tubuhku, mati."

"pekat melekat bak jelaga yg mnghitam....tebal.....dan.
....berkerak
kikis perlahan ku coba lakukan
perlahaan.....,pelan.....penuh kasih dan sayng......
tahan rindu agar tak mnjadi kelabu......walau saat ini aku blm mampu..... tuk wujudkan impia..."

"Darah perasaanku tumpah di tanah kepedihan. Meresap ke akar hidup kerinduan. Tidak menumbangkanmu.
Sementara wujudku berlalu. Angin membekukanku. Memudarkan warna senyumku."

"darah yg kau tumpahkan.....darah kerinduan
biar.....biarkan.....semua trtumpah
tumpahkan.....tumpahkanlah.......aku brsumpah.......demi darah yang kau tumpahkan.......akan ku basuh
seluruh jiwa ragaku.....untuk persambahan.....sebuah keabadian."

"Bulan memata-matai langkahku. Para bintang yang terhalang awan, mereka mengintip-intip menjadi saksi. Kini seisi langit tahu, aku berjalan sendiri, menahan sembilu menyayat hati, menanti sesuatu yg tak pasti"

"ya........aku tau.........sungguh aku malu.........isi langit itu menampakan bayangan tentang kerinduan dalam hangat canda dan tawa yg nyata.....dimana semua tertera dalam gelora rasa,langit,matahari,bulan
,bintang seolah mmberi tanya......tanya yg blm trjwb......."