Powered By Blogger

Minggu, 26 Desember 2010

Catatan Malam Minggu

Di sini aku sendiri mempertahankan apa yg kurasakan, di sana mungkin kini kau benar" mempertahankan sebuah hubungan.Apa yang kurasakan tak lagi kau ingin tau, kini kau jaga sebaik usahamu perasaan ia yang bersamamu.
Lalu mengapa, haruskah karena itu aku berhenti mencintaimu?! setauku semua itu tak bisa membuatku mati.Tidak, kekasih. Aku bukan seorang yang putus asa, karena bila itu yang terjadi, sudah lama aku berhenti mencintai.

Selasa, 21 Desember 2010

Untuk Sahabatku



Sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam

Senjaku



Itulah dikau
Ketika suara tegasmu menggema
Dan sinarmu memancarkan keseluruh dunia
Membuat kekhawatiran makhluk-makhluk
Putih yang pucat menyusun strategi
Untuk menghilangkanmu dari tanah bali ini
Namun kau lantangkan lagi suara tegasmu
Ketika kau berada di timur perlahan namun pasti
Kau terus menyinari dan mengobarkan semangat
Menciptakan tekad api yang membara di hati
Dan kau pun menghembuskan angin kesejukan
Kala kami terpanggang di atas tanah yang kering dan tandus
Dan kau menyelimuti kami dengan kehangatanmu 
Ketika kaki-kaki kecil yang diterpa kedinginan
Saat kerja rodi di pesisir pantai
Kau juga meneteskan air kesejukan
Ketika tubuh-tubuh yag berucucuran penuh keluh
Saat menjadi romusa di kebun buah jarak yang keras
Kau marah, menangis dan berjuang
Dengan tangan-tangan kecil yang membawa
Bambu runcing dengan semangat di dada
Hingga kau meneteskan merah darahmu
Dan mengalir di kain putih yang suci
Saat-saat terakhir kau pun berkata “ Merdeka!!"
Hingga kau menutup mata dalam senyum kepuasan
Dan kau pun tertidur dalam lelapnya masa
Lalu langit menangis, bumi dan semesta alam mengenangmu
Langit mengibarkan kain yang kau tumpahkan dengan Darahmu
Dan angin berperan untuk mengibarkannya
Kini matahariku telah terbenam dalam kedamaian
Juga menunggu matahari yang lain dan mengahangatkan
Juga menebarkan percikan tekad-tekad api kepada kami

Oh "Bali Ku " ku malang


Sebab percaya akan keampuhan industri
dan yakin bisa memupuk modal nasional
dari kesenian dan keindahan alam,
maka Bali menjadi obyek pariwisata.

Betapapun :
tanpa basa-basi keyakinan seperti itu,
Bali harus dibuka untuk pariwisata.
Sebab :
pesawat-pesawat terbang jet sudah dibikin,
dan maskapai penerbangan harus berjalan.
Harus ada orang-orang untuk diangkut.
Harus diciptakan tempat tujuan untuk dijual.
Dan waktu senggang manusia,
serta masa berlibur untuk keluarga,
harus bisa direbut oleh maskapai
untuk diindustrikan.

Dan Bali,
dengan segenap kesenian,
kebudayaan, dan alamnya,
harus bisa diringkaskan,
untuk dibungkus dalam kertas kado,
dan disuguhkan pada pelancong.
Pesawat terbang jet di tepi rimba Brazilia,
di muka perkemahan kaum Badui,
di sisi mana pun yang tak terduga,
lebih mendadak dari mimpi,
merupakan kejutan kebudayaan.
Inilah satu kekuasaan baru.
Begitu cepat hingga kita terkesiap.
Begitu lihai sehingga kita terkesima.
Dan sementara kita bengong,
pesawat terbang jet yang muncul dari mimipi,
membawa bentuk kekuatan modalnya :
lapangan terbang. “hotel – bistik – dan – coca cola”,
jalan raya, dan para pelancong.
“Oh, look, honey – dear !
Lihat orang-orang pribumi itu!
Mereka memanjat pohon kelapa seperti kera.
Fantastic ! Kita harus memotretnya !
…………………………..

Awas ! Jangan dijabat tangannya !
senyum saja and say hello.
You see, tangannya kotor
Siapa tahu ada telor cacing di situ.
…………………….
My God, alangkah murninya mereka.
Ia tidak menutupi teteknya !
Look, John, ini benar-benar tetek.
Lihat yang ini ! O, sempurna !
Mereka bebas dan spontan.
Aku ingin seperti mereka…..
Eh, maksudku…..

Okey ! Okey !….Ini hanya pengandaian saja.
Aku tahu kamu melarang aku tanpa beha.
Look, now, John, jangan cemberut !
Berdirilah di sampingnya,
aku potret di sini.
Ah ! Fabolous !”
Dan Bank Dunia
selalu tertarik membantu negara miskin
untuk membuat proyek raksasa.
Artinya : yang 90 % dari bahannya harus diimpor.
Dan kemajuan kita
adalah kemajuan budak
atau kemajuan penyalur dan pemakai.
Maka di Bali
hotel-hotel pribumi bangkrut
digencet oleh packaged tour.
Kebudayaan rakyat ternoda
digencet standar dagang internasional.
Tari-tarian bukan lagi satu mantra,
tetapi hanya sekedar tontonan hiburan.
Pahatan dan ukiran bukan lagi ungkapan jiwa,
tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.
Hidup dikuasai kehendak manusia,
tanpa menyimak jalannya alam.
Kekuasaan kemauan manusia,
yang dilembagakan dengan kuat,
tidak mengacuhkan naluri ginjal,
hati, empedu, sungai, dan hutan.
Di Bali :

pantai, gunung, tempat tidur dan pura,
telah dicemarkan


Tuhan, 
Kemarin aku sudah mulai tersenyum 
Dadaku yang penuh 
Secara perlahan sudah kukeluarkan, kulepaskan 
dengan bersiul 
dengan batuk 
dengan berteriak 
atau kukeluarkan melalui kentut 

Aku lihat, 
Beberapa hari yang lalu 
Belaian kasih dan sayang-Mu menebar 
Ke setiap dusun 
Ke rumah-rumah kumuh 
dan kurasakan lewat tenggorokanku 

Dan kemarin, 
Kutangkap cahaya-Mu dengan tangan kecilku 
Kupeluk erat rahman dan rahim-Mu 
Lalu kutebarkan kepada siapa saja 
Yang sedang menangis 
Yang sedang lapar 
Yang sedang haus 
Atau yang sedang dalam ketertindasan 

Tuhan, 
Laporanku ini sudah pasti tak berkenan untuk-Mu 
Sebab saat aku lahir, 
Aku sudah berjanji untuk memelihara bumi yang Kau titipkan padaku 

Tapi, 
Maafkan aku Tuhan 
Sekali lagi maafkan aku, 
Karena manusia sebangsaku 
Telah melumuri bumi-Mu 
dengan darah dan air mata 

Maka, 
Dari laporanku ini, 
Akan kukatakan 
kepada langit 
kepada bumi 
dan kepada laut 
Kalau memang kedamaian bumi ini 
harus membutuhkan kematianku 
membutuhkan darah terakhirku 
Maka hari ini, 
Ambillah 
ambillah aku sekarang juga 
Dan jangan lagi 
kalian nodai bumi ini 
dengan duka 
dengan tangisan 
dan dengan darah.