Powered By Blogger

Selasa, 21 Desember 2010

Senjaku



Itulah dikau
Ketika suara tegasmu menggema
Dan sinarmu memancarkan keseluruh dunia
Membuat kekhawatiran makhluk-makhluk
Putih yang pucat menyusun strategi
Untuk menghilangkanmu dari tanah bali ini
Namun kau lantangkan lagi suara tegasmu
Ketika kau berada di timur perlahan namun pasti
Kau terus menyinari dan mengobarkan semangat
Menciptakan tekad api yang membara di hati
Dan kau pun menghembuskan angin kesejukan
Kala kami terpanggang di atas tanah yang kering dan tandus
Dan kau menyelimuti kami dengan kehangatanmu 
Ketika kaki-kaki kecil yang diterpa kedinginan
Saat kerja rodi di pesisir pantai
Kau juga meneteskan air kesejukan
Ketika tubuh-tubuh yag berucucuran penuh keluh
Saat menjadi romusa di kebun buah jarak yang keras
Kau marah, menangis dan berjuang
Dengan tangan-tangan kecil yang membawa
Bambu runcing dengan semangat di dada
Hingga kau meneteskan merah darahmu
Dan mengalir di kain putih yang suci
Saat-saat terakhir kau pun berkata “ Merdeka!!"
Hingga kau menutup mata dalam senyum kepuasan
Dan kau pun tertidur dalam lelapnya masa
Lalu langit menangis, bumi dan semesta alam mengenangmu
Langit mengibarkan kain yang kau tumpahkan dengan Darahmu
Dan angin berperan untuk mengibarkannya
Kini matahariku telah terbenam dalam kedamaian
Juga menunggu matahari yang lain dan mengahangatkan
Juga menebarkan percikan tekad-tekad api kepada kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar